Tuesday 26 June 2012


Orang Indonesia Yang Gampang Keblinger dengan KPK

http://politik.kompasiana.comOPINI | 27 June 2012 | 12:21
Cara orang kebanyakan Indonesia (saya tidak mengatakan semuanya) mengambil keputusan itu ternyata betul-betul banyak ditentukan oleh berita yang mereka konsumsi. Padahal, tahu kan? Yang namanya berita itu bukan fakta, tapi disuguhkan setelah dipilah, dipilih oleh redaksi atau oleh pelaku politik. Istilah kerennya, “agenda setting”. Tujuannya apa? Ya tentu supaya orang yang menyerap berita itu percaya dan mengambil tindakan seperti yang mereka (redaksi, politisi) inginkan tanpa harus disuruh. Cerdas ya? Jika orang kebanyakan Indonesia ini memang tidak tahu tentang ini ya terpaksa saya mengatakan bahwa berarti mereka ini betul-betul menjadi pecundang informasi.  Jangankan mereka, sebagian politisi pun susah memahami politik elementer ini.

Yang mutakhir itu ya soal saweran untuk gedung KPK itu, “koin untuk KPK”, apapun istilahnya lah. KPK ini kan kerjanya bobrok. Dari sekian milyar yang digelontorkan dari APBN untuk kerja KPK, nyatanya kerjanya seperti siput alias lelet lemot letoy. Komisioner di KPK tidak pernah kompak sejak awal dibentuk. Abraham Samad didukung Adnan Pandu dan Zulkarnain karena berani ambil sikap tegas, sementara dua komisioner lain mengambil sikap melindungi koruptor. 

Tuduhan banyak kalangan soal Bambang sebagai antek pengurus pusat Golkar sampai sekarang masih belum dibantah oleh Bambang sendiri (dia hanya tersenyum ditanya soal itu). Kasus wisma PON yang melibatkan Rusli Zainal (gubernur Riau yang kader Golkar), dugaan korupsi Mekeng cs dalam kasus banggar DPR yang dilontarkan Wa Ode, tidak pernah diseriusi oleh KPK di meja mereka. Gampang analisisnya, karena ada Bambang yang akan memveto tiap kali para komisioner itu rapat penyidikan. Apa itu jika tidak disebut antek Golkar?

Begitu juga dengan Busyro. Busyro tidak lebih dari pecundang yang merasa dirinya paling benar. Busyro mendudukkan dirinya sebagai pelindung koruptor yang menyangkut politisi Demokrat. Abraham bahkan pernah kesal dan gebrak meja karena “ndableg”-nya Busyro yang selalu berputar-putar cari alasan setiap kali KPK akan memeriksa Anas dan Menpora. 

Wajar jika kasus Hambalang yang menyangkut tokoh kunci Demokrat ini molor terus dan kita akan dibuat lelah oleh kelakukan Busyro. Apa itu namanya jika bukan penjilat kekuasaan? Yang lebih parah lagi, disinyalir sebenarnya Busyro ini tidak pantas duduk dalam KPK yang baru ini karena tidak lolos seleksi oleh pansel KPK yang diketuai Patrialis Akbar, Menhukham saat itu. Busyro yang bukan berlatang belakang anti-korupsi ini sama sekali jauh di bawah standar penilaian. Kalah jauh dibanding Abraham Samad yang lebih junior. 

Wajar saja jika gebrakan dia sebagai ketua KPK dibilang cuma cari sensasi, obral komentar murahan soal partai politik, dan terasa sekali tidak punya tauhid politik. Nah sekarang orang-orang terperdaya oleh cerita tentang KPK yang mau ini itu tapi semuanya enol besar. Agar KPK tidak makin kehilangan muka, erosi legitimasi, maka dibuatlah isu tentang gedung KPK yang tidak disetujui DPR agar masyarakat yang asal telan berita tadi itu mau rame-rame nyumbang buat KPK. Apalagi watak orang Indonesia ini kan paling suka kalau bikin sensasi dan seakan-akan sudah berbuat hebat untuk negaranya. Akhirnya, dimana-mana sekarang ini banyak “pengemis” di jalanan alasannya untuk saweran gedung KPK. Klop sudah! KPK kerjanya buruk, penuh dengan manipulasi dan intrik, bertemu dengan hasrat masyarakat yang kurang cerdas menyerap berita dan suka sensasi. Akhirnya kita akan lupa dengan kerja KPK yang sesungguhnya.

Jual Narkoba Hamdi Sebulan Bisa Untung Rp 20 Juta


Jual Narkoba Hamdi Sebulan Bisa Untung Rp 20 Juta

BANDARLAMPUNG,TRIBUN - Meski sempat berkelit Hamdi Maulana (27) dan Perwira (26), tidak bisa mengelak,  setelah anggota buser Direktorat Narkoba Polda Lampung menemukan 16 plastik berisi sekitar 1.750  butir pil ekatacy dan 0.5 kg sabu yang disimpan dalam sterika yang ada di kamar kosannya,  Jalan Dempo, Kedaton, Minggu (24/6). 

Menurut Kasubdit I Dit Narkoba Polda AKBP Parulian  Simamora,  kedua tersangka ditangkap hendak bertransaksi di pinggir Jalan Zainal Abidin Pagar Alam. "Keduanya kami amankan akan bertransaksi. Mereka berdua lagi menunggu pembeli di pinggir Zainal Abidin Pagar Alam. Saat digeledah anggota menemukan satu plastik berisi 50 butir pil ekatacy dari tersangka Maulana," kata Simamora saat ekpose di Polda, Selas (26/6). 

Setelah ditangkap, kata dia  anggota melakukan pengeledahan kosan milik tersangka Maulana. Pengeledahan yang dilakukan Minggu (24/6) sekitar pukul  20.30 WIB, berhasil menemukan 1.750 butir pil ektacy pink love yang disimpan di dalam streika, serta 05 kg sabu yang adadi lemari.  

Tidak itu saja karena petugas buser narkoba Polda juga menemukan dua buku berisi hasil transkasi beserta puluhan slip penyetoran Bank BCA yang diketahui dari buku dan slip setoran tersebut jumlah transkasinya mencapai Rp 1 miliar lebih.

Simamora menjelaskan, kedua tersangka merupakan kurir yang diperintah seseorang berinisial Jr warga Aceh. Setiap bertransaksi selalu dilakukan via transfer bank. "Mereka mendapat barang dari Jakarta atas perintah Jr warga Aceh yang dikirimkan melalui kurir. Setelah mengatarkan barang pesanan sesuai perintah JR, uang dikirim via Bank," bebernya. 

Simamora menambahkan, dari dua tersangka petugas mengamankan barang bukti berupa 1.800 butir pil ekatacy, 500 gram sabu-sabu, satu timbangan elektrik, satu kalkulator, satu handphone nokia dan BalckBerry serta dua buku penjualan beserta puluhan slip hasil setoran. 

Hamdi kepada penyidik mengaku tergiur berbisnis haram karena keuntungan yang didapat cukup besar. Pasalnya satu bulan bisa mengantongi uang Rp 20 juta. "Kalau barang habis, saya bisa dapat uang Rp 20 juta," kata Hamdi kelahiran Aceh ini. 

Ia menambahkan,  modus yang dilakukannya dalam bertransaksi yakni dengan menerima paket barang dari Jakarta yang diatarkan seseorang kurir. Kemduian barang tersbeut dikirimkannnya ke pemesan sesuai perinta sang bos yang berada di Aceh. 

"Saya kirim barang sesuai perintah bos, uangnya saya langsung transfer, biasanya saya transkasi di Kampus IBI Darmajaya," pungkasnya. (rri)


Thursday 14 June 2012

Gagal Jadi Pramugari Pesawat Kapolri, Devi Masih Bangga


MENJADI pramugari pesawat Polri yang digunakan khusus penerbangan  kapolri dan pejabat utama korps baju coklat menjadi keingginan dan kebanggan setiap polwan di seluruh Indonesia. Namun untuk bergabung menjadi satu dari empat  pramugari di pesawat  jenis beechjet milik Polri,  tidak mudah. Karena seleksi dan tes yang dijalani sangat ketat dan sulit.

Brigadir Devi Puspasari, salahsatunya Polwan Polda Lampung, pada tahun 2005 yang pernah merasakan tes seleksi pramugari di pesawat dberkapasitas  10 penumpang dan biasa digunkan Kapolri dan pejabat Polri minimal bintang tiga tersebut atau berpangkat Komisaris Jenderal.

Devi mengakui tes yang dijalani sangatlah berat. Penilaian penampilan, tes wawancara, bahasa Inggris, kesehatan, dan seabreg tes lainnya, mesti dijalaninya. "Saat itu dari 12 Polwan se Indonesia saya yang lolos seleksi,  mewakili Lampung. Tapi saat pengumuman terakhir,  dari empat nama, nama saya tidak masuk," kenang Devi saat temui penulis,  eptember 2012. 

Meski gagal, wanita kelahiran 27 Desember 1983, mengaku  bangga karena pernah merasakan dan ikut serta dalam  seleksi tersebut. Karena  tidak banyak Polwan bisa lolos sepuluh besar, dan bisa merasakan seleksi tersebut. 

"Namanya gagal pasti kecewa, tapi namannya seleksi pasti ada yang gugur dan lulus, saya ikhlas saja, karena dari situ saya banyak belajar ternyata bukan hanya penampilan tapi otak juga perlu mumpuni," ungkap  wanita yang masuk Polwan tahun 2005 ini.

Sudah sekitar tujuh tahun wanita berkulit putih dengan tinggi 170 cm menjalani profesi sebagai Polwan. Tidak sedikit tugas pernah dipercayakan kepada putri perwira polisi ini. Mulai di lapangan sampai belakang meja. Bahkan jabatan ajudan first lady korps baju Coklat Lampung pernah diemban wanita yang gemar senam aerobik ini. 

Banyak kenangan suka maupun unik penah dilaluinya, termasuk  pengalaman berkesan saat dirnya menjadi ajudan Ibu Asuh  Bhayangkari Polda Lampung.

Saat ia dirinya dipercaya mendampingi bos menuju Bandara Raden Inten, untuk mengantarkan anak bos yang hendak  ke Jakarta.  Ditengah perjalanan  tepatnya daerah Natar terjadi insiden kecelakaan, yang membuat arus lalu-lintas macet total.

Karena berburu dengan jam penerbangan pesawat, akhirnya dirinya  mengambil inisiatif turun dari mobil  mengantur lalu-lintas. Bahkan sang bos terheran-heran saat dirinya  turun dari mobil, untuk memecah jalur di sisi kanan,  dengan tujuan  memberi kesempatan kendaraan bos untuk melaju. 

Akhirnya berkat tindakan yang dilakukannya, dengan dibantu petugas Lantas Polres Lampung Selatan kendaraan yang dinaiki majikan bisa sampai   dibandara tepat waktu. "Saya nekad aja ambil inisatif, Alhamdulillah mobil ibu bisa jalan dan tepat waktu sampai bandara," kata Devi yang mengaku sudah mencintai profesi Polwan sejak anak-anak. (romi) 



 Biofile

Nama : Brigadir Devi Puspasari,
Tugas : Staff RO SDM Polda Lampung
Alamat : Perum Bukit Bhayangkara Permai Blok B1 Nomor 2 Kemiling,
Hobi : Traveling dan Aerobik
Suami : Brigadir Suarjono Suryaningrat

Polda Lampung Juga Punya Polwan Cantik






DI BANDUNG, Jawa Barat, ada polisi ganteng yang bernama Bripda Saeful Bahri. Begitu juga di Jakarta ada polisi wanita (polwan) cantik: Briptu Eka Frestya dan Brigadir Avvy Olivia, yang belakangan menjadi presenter National Traffic Management Centre (NTMC) Polda Metro Jaya. 


Nah, di Lampung juga tidak kalah hebatnya. Pasalnya, di Polda Lampung ada juga anggota polwan yang cantik-cantik. Bahkan mereka juga memiliki beragam talenta: menyanyi, menari, dan juga kadang menjadi pembawa acara di setiap kegiatan Polda Lampung. 




Tidak percaya? Tengok sajalah bagaimana kiprah Brigadir Neny  dan Brigadir Septiana yang biasa menjadi pembawa acara  dinas kepolisian. Bahkan keduanya yang bertugas di bagian Biro SDM Polda Lampung juga memiliki 'suara emas'. 




"Kalau cantik relatif lah mas. Yang penting polwan harus punya talenta dan kemampuan, yang memberikan yang terbaik bagi korps," ujar Septiana, yang akrab dipanggil Ana, Kamis (22/3/2012).



Bahkan, kata wanita yang memiliki bisnis minuman kesehatan itu, mengaku bahwa Polwan Polda Lampung tidak kalah baik segi kualitas maupun kecantikan. "Di Lampung polwannya banyak yang cantik, nggak kalah kok dengan yang di luar," ujarnya sambil tersenyum. (romi rinando) 

Wednesday 13 June 2012

Pernah Ditampar Pemain Lawan, Karena Paling Oke

Satu-satunya Polwan Lampung yang Masuk Tim Volley Polri
n Pernah Ditampar Pemain Lawan, Karena Paling Oke   


BANDARLAMPUNG,TRIBUN- Predikat spiker (pemukul bola) handal di cabang olahraga Vola Volly pantas disandang Bripda Linda Jevilia. Pasalnya anggota satuan lalu lintas Polres Kota Metro ini dikenal memiliki talenta dibidang olahraga yang ditemukan oleh William G. Morgan tersebut.  


Sederet prestasi pernah ditorehkan wanita yang sejak Sekolah Dasar telah mengenal dan menyukai olah raga,  yang dimainkan 12 orang tersebut. Sebut saja Piala Kapolri tahun 2011, Liga bola Volly Indonesia 2011, hingga Proliga tahun 2012. 

Hebatnya di semua event tersebut,   wanita dengan tinggi 170 cm dan berat 58 kg,  yang merupakan satu-satunya Polwan Lampung yang masuk skuad Bola Volley Mabes Polri tersebut. 

bersama timmnya Jakarta Popsivo Polwan mabes Polri, mampu maraih juara pertama. 
Olahraga Bola Volley bagi Jevilia bukan hal baru. Selain sejak kelas IV SD gemar bermain volley di kampung halaman, anak bungsu tiga bersaudara ternyata pernah ditempa pendidikan di SMA Ragunan, sekolah khusus Olahragawan.

Satu hal yang tidak pernah dilupakan putri Baroji dan Minarsih yang gemar membaca buku dan berenang ini. Yakni saat ia memperkuat tim bola volley putri Kota Metro di ajang pekan olah raga tingkat Provinsi Lampung, tahun 2006 yang di helat di Metro. 

Meski timnya berhasil menjadi juara pertama dengan mengalahkan tim Bandar Lampung. Wanita yang masuk polwan tahun 2009 mengalami aksi pemukulan oleh soerang pemain lawan. Pasalnya seusai pertandingan pemain lawan tiba-tiba menampar pipi, wanita kelahiran Kota Metro 25 Januari 1991 ini. 

"Pas salaman perpisahan tiba-tiba dia ngampar muka  saya. Saya kaget, banyak penonton yang lihat,  langsung lemparin dia pake botol minuman ringan. Saya sedih, dia ngampar kesel, karena  saya bagus maennya. Tapi papah langsung samperin aku,"  kata Jevlin yang mengaku legowo  dan tetap memaafkan pemain tersebut. 

Sebenarnya sejak kecil Jevlin memiliki cita-citanya menjadi dokter gigi, namun keinginan itu kandas,  kala ia melihat sosok polwan yang menurutnya anggun dan berwibawa, dengan balutan baju coklat. 

"Dulu maunya sih jadi dokter gigi. Tapi pas liat polwan di jalan kok  cantik-cantik, berwibawa, jadinya saya daftar polwan,"  pungkas wanita yang saat pertama tugas ditempatkan di Direktorat Lalu-lintas Polda, dan ingin sekali pergi ke Francis. (romi-rinando)

Nama : Bripda Linda Jevilia
Anggota : Sat Lantas Polres  Kota Metro 
Masuk Polwan : Tahun 2009 
Hoby : Olahraga, Baca Buku 
Alamat : Jalan Budi Oetomo Nomor 18 Metro Selatan Kota Metro
Nama orang tua :  Baroji dan Minarsih
Ttl : 25 Januari 1991 
Prestasi di tim Bola Volley Mabes Polri : Juara I Piala Kapolri 2011 Liga Bola Volley  2011, Proliga 2012

Sunday 3 June 2012

Septiana Polwan Polda Lampung yang Penuh Talenta






SAAT diperintahkan memberikan senyum saat apel pagi di Polda Lampung tahun 2000 menjadi  pengalaman berkesan bagi Brigadir Polisi Septiana. Maklum, saat itu ia baru lulus sekolah Polwan. Ia pun diharuskan memberikan contoh senyuman tulus dari hati, di depan sekitar seratusan angggota polisi.

"Pengalaman itu paling berkesan. Saya sempat grogi aja. Baru lulus disuruh tampil ke depan, memberikan senyum paling bagus dan dari hati. Saya dijadikan contoh Polwan yang melayani masyarakat dengan senyum dan bersikap ramah menyapa masyarakat," kata wanita kelahiran 29 September 1980 ini.

Selain senyum di hadapan seratusan polisi, istri dari Ipda Ridho Rafika juga punya pengalaman menarik saat mengikuti fashion show yang harus mengenakan pakaian sulam usus dengan ibu gubernur di Mahan Agung. "Di sana kami polwan-polwan tampil lemah gemulai, banyak orang tidak percaya kami Polwan, yang juga gemulai bak peragawati sungguhan," tutur ibu tiga anak yang pernah masuk 10 besar menembak di masa pendidikan.

Septiana mengaku bahwa menjadi Polwan, bukanlah cita-cita awalnya. Ia mempunyai keinginan menjadi guru taman kanak-kanak (TK). Namun, tahun 2000 saat diterima sebagai mahasiswa hukum di Universitas Lampung, ia mendapat informasi lowongan menjadi Polwan.

"Waktu itu sudah diterima sebagai mahasiswa. Tapi ada lowongan Polwan, iseng-iseng daftar ternyata lulus. Akhirnya pilih Polwan aja. Karena tugasnya juga mulia melayani masyarakat dan menjadi sahabat di semua lingkungan," tutur Septiana yang pertama kali bertugas di Direktorat Sabhara Polda Lampung.

Sekitar sebelas tahun menjadi Polwan, telah banyak tugas dan pengalaman yang dijalani wanita penyuka makanan seafood, dan memiliki talenta menyanyi serta master ceremony. Mulai magang selama enam bulan di Direktorat Sabhara, Sekretaris Pribadi Kadit Pers Kombes Pol Ondang Sutarsa, sampai saat ini menjadi staff di bagian Dalpers biro SDM Polda Lampung.

Meski berpindah bagian dengan tugas dan rekan baru, wanita yang jago menari dan aerobik ini punya cara untuk tetap enerjik di tempat kerja. "Sebelas tahun waktu yang cukup lama. Tapi saya selalu semangat karena punya cara yang selalu saya pakai mengatasi pekerjaan di kantor. Di antaranya cinta pekerjaan, berpikir positif, berusaha mencatat hal-hal yang penting, dan punya ide terobosan yang baru. Satu hal selalu berusaha menjaga kekompakan," kata wanita berdarah Jawa Sunda ini.




Satu hal yang masih menjadi keinginan putri pasangan almarhum Moeilan dan Suaenah ini adalah ingin menyelesaikan kuliahnya di Fakultas Hukum Universuitas Saburai. "Saya maunya selesaikan kuliah dan ikut tes Sekolah Inspektur Polisi (SIP) di Sukabumi, Jawa Barat," pungkas wanita yang pernah menjadi komandan peleton (danton) kala di Sepolwan.(Tribunlampung-romi rinando)


Biofile
Nama  Septiana
TTL: 29 September 1980
Tugas: Personel Bagian Dalpers biro SDM Polda Lampung
Suami: Ipda Ridho Rafika
Anak: 3
Prestasi: Juara Menembak di Sepolwan.