Wednesday, 25 September 2013

Asal Usul Kera di Hutan Taman Kera Sumur Batu Lampung

Asal Usul Kera di Hutan Taman Kera Sumur Batu Lampung

Pengembangan taman kera, Sumur Batu, Telukbetung Utara, menjadi kawasan wisata, nampaknya hanya pepesan kosong. Tiga kali pergantian wali kota Bandar Lampung,   mulai Suharto, Edy Sutrisno, dan kini Herman HN,   taman kera  yang sudah ada  sejak  1984, tersebut tidak juga berubah fungsi menjadi kawasan wisata yang tentunya dapat menongkrak Pendapat asli daerah (PAD) 

Padahal lokasi taman kera yang berada di kawasan pusat kota, serta kondisi alam yang berada di dataran tinggi mampu menarik wisatawan lokal, bahkan setiap sore, kawasan tersebut tidak pernah sepi dari kungungan masyrakat, yang datang hanya sekedar melepas penat, atau bercengkerama dengan kera.  

Namun sayang, kondisi taman kera yang populasinya terus bertambah, ditaksir mencapai 100 ekor lebih, tidak dibarengi perhatian serius pemerintah kota Bandar Lampung, khususunya terkait biaya pemeliharaan hewan mamalia tersebut. 

Menurut penggelola taman hutan kera Hi Keno Rukmana, kera-kera di kawasan tersebut terus populasinya terus bertambah, tahun 2012 lalu jumlahnya diperikirakan sudah hampir 100 ekor. 

"Tahun lalu jumlahnya sekitar seratusan. Sekarang mungkin lebih, tapi tidak sampai 200.Karena saya pernah hitung dengan cara memberi buah nangka yang sudah saya potong-potng dan hitung,  kemudian saya beri satu persatu, jumlahnya hampir seratus. Tapi pastinya susah, itu hanya mendekati, karena saat diberi makan tidak semua kera ngumpul," kata Keno saat sambangi di kediamannya, kemarin. 

Keno yang sudah tinggal dikawasan tersebut sejak 1957, mengaku populasi kera dikawasan tersbeut bermula tahun 1984 saat itu putranya yang  gemar  menembak menggunakan senapan angin  tidak sengaja mengenai seekor kera dikawasan tersebut. 

Karena merasa kasihan, dengan kondisi kera malang tersebut, Keno yang saat itu masih bertugas di dinas kesehatan  mengobati dan memelihara kera tersebut, hingga pulih. Namun sayang, saat berada dikandang, sang kera lepas dan tinggal di hutan kawasan tersebut. 

"Sejak lepas kera itu tinggal di  kawasan hutan situ, disana juga ada kera betina milik warga. Sejak itu kera mulai beranak pinak, hingga sekarang," ujar Keno. 

Keno mengaku, perhatian pemerintah terhadap populasi kera di taman hutan kera, Serta janji  menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan wisata,  bukan tidak ada,  namun belum terelaisasi. 

"Warga sini sih sempat senang, dengan janji pemerintah, katanya mau dijadiin kawasan wisata. Bahkan ada warga sudah siap   buka warung - warung. Tiga wali kota Soeharto, Edy Sutrisno, Herman HN, sudah pernah ke sini, tapi tidak ada yang terealisasi. Baertahun-tahun, saja baru kali ini jalan di sini diaspal," pungkasnya.  Rabu (25/9/2013) (romi-reny)

Thursday, 5 September 2013

Rapor Pelayanan Publik di Bandar Lampung Rendah


Mendambakan pelayanan publik yang super prima,  serba cepat, tanpa calo, tanpa menunggu lama, dan tanpa embel-embel nampanya masih sangat sulit diwujudkan. Meskipun KPK kerap beberapa kali melakukan supervisi dan terhadap pelayanan publik. 

Buktinya hasil supervisi Ombudsman RI Perwakilan Lampung, terhadap sembilan kantor dan dinas yang melayani pelayanan, yang diungkap dalam seminar di HOtel Amalia, Bandar Lampung,  hasilnya tetap tidak memuaskan.

Hampir semua pelayanan  publik, masih ditemukan praktik-pratik tidak terpuji seperti  pelanggaran administarsi,  pungutan yang tidak sesuai aturan,  percaloan, sampai prilaku abdi negara yang tidak sopan dalam melayani masyarakat. (romi)



Hasil Supervisi Ombudsman Perwakilan Lampung Terhadap Sembilan Layanan Publik di Bandar Lampung 

1. Rumah Sakit A Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung (28 Mei dan 3 September  
-Pasien yang akan berobat pada poly anak dan poly ortopedi harus menunggu kurang lebih 2 jam untuk mendapat pelayanan dokter

2. Kantor BPN Kota Bandar Lampung 3 April, 18 Juni, 3 September
-Tidak Terdapat informasi  maklumat pelayanan yaitu bvisi misi dan motto pelayanan 

3. Lapas Kelas I Bandar Lampung 17 April, 17 Juni, 4 September 
-Sebagian besar warga binaan masih menggunakan handphone, -petugas tidak melakukan pemeriksaan secara ketat terhadap pengunjung.

4. Badan Penanaman Modal dan Perizinan (BPMP) 30 April, 12 Juni. 3 September
- Tidak Terdapat informasi mengenai jangka waktu,  dasar hukum, persyaratan dan biaya /tarif pelayanan perizinan (tidak diumumkan secara terbuka.
- Tidak terdapat tiket sistem antiran

5. Kantor Bersama Samsat Rajabasa 
- Pengguna layanan bebas keluar masuk dalam ruangan pelayanan
- Petugas loket/kasir yang  berprilaku kasar  dengan membentak dan memukul pengguna layanan Hal tersebut terjadi dikarenakan  kesalahan petugas yang memberikan pengembalian biaya tidak sesuai dengan jumlah yang tertera di STNK. 

6.  Polresta Bandar Lampung  (15 Mei, 11 Juni dan 3-4 September) 
Praktik percaloan dalam pengurusan SIM A tanpa melalui prosedur tanpa KTP, tanpa ujian teori, dan ujian praktik karena hanya memberikan foto, dengan tarif yang tidak sesuai aturan. Dengan tarif  SIM C sebesar Rp 280- 300 ribu, SIM A Rp 320- Rp 350 ribu. 

7. Kantor Imigrasi Kelas I Bandar Lampung 16 Mei dan 3 September 2013 
- Oknum  petugas layanan yang meminta uang Rp 3 juta kepada pengguna layanan,  untuk menganti biaya paspor yang rusak, tanpa diberikan kuitansi sebagai bukti pembayaran. 
- Serta praktik percaloan paspor dengan tarif per paspor senilai Rp 700 ribu dan bisa selesai dalam waktu dua hari. 

8. KUA Kecamatan TBU - 17 Mei dan 3 September 
-Tidak Terdapat informasi  maklumat pelayanan yaitu  visi-misi dan motto pelayanan 
-Petugas menerima imbalan sukarela dari pengguna layanan yang menggunakan pelayanan jasa administratif untuk membuat surat keterangan rekomendasi atau surat keterangan.  

9. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 25 Maret,20 Mei, 3 September: 
-Pengurusan akte kelahiran yang membtuhkan waktu cukup lama, yakni selama tiga bulan.