Longsor Bukit Camang Ratakan Enam Rumah Warga
n Pasca dapat
Bantuan Pemerintah Korban Longsor Siap Pindah
Bencana alam
merupakan kehendak Illahi, manusia tidak bisa memprediksi, kapan bencana
datang. Bencana bisa disebabkan faktor
alam, bisa karena ulah dan perbuatan
manusia.
Mungkin ada benarnya
bait lagu berjudul "Untuk Kita Renungkan" milik Ebit G Ade,
"Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga
dengan dosa dosa, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita".
Jika kita merenungkan
sepenggal bait lagu Ebiet G Ade yang
biasa diputar di layar televisi, dengan
kondisi bencana tanah longsor Bukit Camang,
yang menimpa belasan rumah warga di
RT 014, Kelurahan Bumi Raya,
Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung,
pada, Minggu (13/10/2013) pagi.
Pasalnya Bukit Camang
yang merupakan satu dari 11 bukit yang
masuk kawasan konservasi Bukit dan Gunung di Bandar Lampung sesuai Peraturan
Daerah nomor 4 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Kota Bandar Lampung, kini sebagian
wilayahnya telah berubah menjadi pemukiman elit.
Ini bukti perbuatan
manusia yang hanya memanfaatkan Bukit Camang untuk kebutuhan jangka pendek,
dengan melakukan penggerukan dan penggalian sejak 2010, hanya untuk
kepentingan bisnis semata. Meski tidak ada korban
jiwa, bencana tanah longsor Bukit
Camang, telah meratakan enam rumah warga, sepuluh rumah rusak, serta kerugian harta benda milik para korbanyang jumlahnya mencapai
ratusan juta.
Menurut Armawi (65)
reruntuhan batu dan tanah
dari Bukit Camang, yang menimpa bagian belakang rumahnya terjadi
sangat cepat. "Kejadiannya masih pagi, sekitar jam enam-an. Bunyi batu dan
tanah, yang nimpa rumah seperti bunyi
dentuman. Lihat itu! di dapur emua
barang‑brang elektronik rusak," kata Armawi ditemui pasca kejadian,
seraya menunjukan sejumlah barang elektronik miliknya seperti kulkas, televisi,
dan mesin cuci tergeletak di dapur rumah
layaknya barang bekas.
Armawi mungkin masih
beruntung, dibanding enam tetangganya ; Minah, Said, Dayat, Rahmat, Udin,
Jujum. Pasalnya enam rumah warga tersebut semuanya hamper tidak berbentuk dan
dengan tanah, semua harta benda mereka
pun tidak bisa diselamatkan.
Pasca bencana tanah
longsor, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung
langsung melakukan evakuasi dan pendirian posko penampungan bagi para korban.
Dua posko didirikan di
dua lokasi, tepatnya di depan pos kesehatan kelurahan Bumi Raya, dan sekitar lokasi bencana.
Menurut Lurah Bumi Raya
Nasrullah, posko dididirkan untuk menampung sejumlah warga korban bencana, yang
rumahnya rata dengan tanah. "Ada dua posko penampungan yang didirikan BPBD
bersama TNI. Satu di sekitar lokasi bencana dan di depan pos kesehatan keluarga
kelurahan. Disana ada dapur umum, dan
di jaga pegawai kelurahan, dan personel TNI," ujarnya.
Jumat (17/10/2013), lima hari pasca bencana BPBD
Kota Bandar Lampung kembali bersama warga, dan personel TNI, serta sejumlah pegawai
Kelurahan Bumi Raya melakukan aksi gotong royong membersihkan sisa‑sisa
longsor.
Aksi bersih‑bersih yang
dipimpin Lurah Bumi Raya Nasrullah, tidak maksimal. Peralatan tradisional seperti cangkol dan sekop, yang
digunakan, serta hujan yang mengguyur lokasi, belum mampu membersihkan puing‑puing sisa longsor.
Satu unit eskavator
yang disediakan pemerintah seperti sia‑sia.
Karena alat berat tidak bisa masuk lokasi bencana, disebabkan akses jalan masuk yang sempit dan lokasi
bencana yang berada di dataran tinggi.
Kasi Tanggap
Darurat, BPBD Bandar Lampung Sutarno
mengatakan, jika hujan deras Bukit
Camang berpotensi kembali menimbulkan bencana longsor. Karena dari hasil
penijauanpihak BPBD kondisi bukit sudah
banyak yang rusak, disebakan faktor
kemiringan tanah dan lubang -lubang tanah cukup besar, yang jumlahnya cukup
banyak.
"Kami sudah cek
dan sampai ke lokasi atas bukit. Kondisi tanah disana banyak retak dan celah‑celah,
jadi kalau hujan turun deras, air akan masuk celah, dan berpotensi
longsor," kata Sutarno ketika
dihubungi melalui ponselnya, pasca bencana.
Menurut dia, solusi
benana longsor tidak kembali menimpa
pemukiman warga, adalah warga disarankan pindah ke lokasi yang lebih aman.
"Kalau disana sudah tidak cocok untuk pemukiman, karena khawatir longsor
lagi," bebernya.
Menurut Nasrullah,
lokasi di lereng Bukit Camang sudah tidak layak menjadi lokasi pemukiman.
Karena dikhawatirkan jika hujan turun lebat, bukan mustahil, bencana longsor
akan kembali terjadi.
"Kita sudah
cek dari lokasi atas bukit, memang jika hujan deras, air tidak lagi
tertahan di bukit, karena bukitnya sebagian sudah digerus. Sangat
bahaya, karena kerukkannya itu bisa longsor,
langsung ke rumah warga. Meskipun sudah ada embung, karena kalau hujan
deras, embung itu tidak mungkin bisa menampung air," bebernya.
Pasca mendapat bantuan
uang dari Wali Kota Bandar Lampung Herman HN, untuk enam korban yang
rumahnya rusak berat Rp 50 juta dan yang
rusak ringan Rp 25 juta, sejumlah korban mengaku siap direlokasi ke tempat
lain.
Namun mereka
mengginginkan ganti rugi yang pantas dan
layak, bagi mereka mencari tempat
tinggal di lokasi baru. "Kami warga
siap pindah, tapi kami berharap ada kompensasi yang jelas, dan pantas.
Kalau kami tetap disini, kami juga
khawatir longsor lagi. Karena penggerukkan bukit itu masih berlanjut,"
ujar Edy. (romi)