Sunday 20 October 2013

Bencana Salah Siapa ?

Longsor  Bukit  Camang Ratakan  Enam Rumah Warga
n  Pasca  dapat Bantuan Pemerintah Korban Longsor  Siap  Pindah


Bencana alam  merupakan kehendak  Illahi,  manusia tidak bisa memprediksi, kapan bencana datang. Bencana bisa disebabkan  faktor alam, bisa  karena ulah dan perbuatan manusia.

Mungkin ada benarnya bait lagu berjudul "Untuk Kita Renungkan" milik Ebit G Ade, "Tuhan mulai bosan melihat tingkah kita, yang selalu salah dan bangga dengan dosa dosa, atau alam mulai enggan bersahabat dengan kita".

Jika kita merenungkan sepenggal bait lagu  Ebiet G Ade yang biasa diputar  di layar televisi, dengan kondisi bencana tanah  longsor  Bukit Camang,  yang menimpa belasan rumah warga di  RT 014,  Kelurahan Bumi Raya, Kecamatan Bumi Waras, Kota Bandar Lampung,  pada, Minggu (13/10/2013) pagi.

Pasalnya Bukit Camang yang merupakan  satu dari 11 bukit yang masuk kawasan konservasi Bukit dan Gunung di Bandar Lampung sesuai Peraturan Daerah nomor 4 tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Kota Bandar Lampung, kini sebagian wilayahnya telah berubah menjadi pemukiman elit.

Ini bukti perbuatan manusia yang hanya memanfaatkan Bukit Camang untuk kebutuhan jangka pendek, dengan melakukan penggerukan dan penggalian sejak 2010, hanya untuk kepentingan bisnis semata. Meski tidak ada korban jiwa, bencana tanah longsor Bukit Camang, telah meratakan enam rumah warga, sepuluh rumah rusak, serta kerugian harta benda milik para korbanyang jumlahnya mencapai ratusan juta.

Menurut Armawi (65) reruntuhan batu  dan  tanah  dari  Bukit Camang,  yang menimpa bagian belakang rumahnya terjadi sangat cepat. "Kejadiannya masih pagi, sekitar jam enam-an. Bunyi batu dan tanah, yang nimpa rumah seperti bunyi dentuman. Lihat itu! di dapur  emua barang‑brang elektronik rusak," kata Armawi ditemui pasca kejadian, seraya menunjukan sejumlah barang elektronik miliknya seperti kulkas, televisi, dan mesin cuci  tergeletak di dapur rumah layaknya barang bekas.

Armawi mungkin masih beruntung, dibanding enam tetangganya ; Minah, Said, Dayat, Rahmat, Udin, Jujum. Pasalnya enam rumah warga tersebut semuanya hamper tidak berbentuk dan dengan tanah,  semua harta benda mereka pun tidak bisa diselamatkan.

Pasca bencana tanah longsor, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kota Bandar Lampung langsung melakukan evakuasi dan pendirian posko penampungan bagi para korban.

Dua posko didirikan di dua lokasi, tepatnya di depan pos kesehatan kelurahan Bumi Raya, dan  sekitar lokasi bencana.

Menurut Lurah Bumi Raya Nasrullah, posko dididirkan untuk menampung sejumlah warga korban bencana, yang rumahnya rata dengan tanah. "Ada dua posko penampungan yang didirikan BPBD bersama TNI. Satu di sekitar lokasi bencana dan di depan pos kesehatan keluarga kelurahan. Disana   ada dapur umum, dan di jaga  pegawai  kelurahan, dan personel TNI," ujarnya.

Jumat  (17/10/2013), lima hari pasca bencana BPBD Kota Bandar Lampung kembali bersama warga, dan personel TNI,  serta sejumlah  pegawai  Kelurahan Bumi Raya melakukan aksi gotong royong membersihkan sisa‑sisa longsor.

Aksi bersih‑bersih yang dipimpin Lurah Bumi Raya Nasrullah, tidak maksimal. Peralatan  tradisional seperti cangkol dan sekop, yang digunakan, serta  hujan yang   mengguyur lokasi, belum  mampu membersihkan puing‑puing sisa longsor.


Satu unit eskavator yang disediakan pemerintah  seperti sia‑sia. Karena alat berat  tidak bisa  masuk lokasi bencana, disebabkan  akses jalan masuk yang sempit dan lokasi bencana yang berada di dataran tinggi.
Kasi Tanggap Darurat,  BPBD Bandar Lampung Sutarno mengatakan, jika hujan deras  Bukit Camang berpotensi kembali menimbulkan bencana longsor. Karena dari hasil penijauanpihak BPBD  kondisi bukit sudah banyak yang rusak, disebakan  faktor kemiringan tanah dan lubang -lubang tanah cukup besar, yang jumlahnya cukup banyak.

"Kami sudah cek dan sampai ke lokasi atas bukit. Kondisi tanah disana banyak retak dan celah‑celah, jadi kalau hujan turun deras, air akan masuk celah, dan berpotensi longsor,"  kata Sutarno ketika dihubungi melalui ponselnya, pasca bencana.

Menurut dia, solusi benana  longsor tidak kembali menimpa pemukiman warga, adalah warga disarankan pindah ke lokasi yang lebih aman. "Kalau disana sudah tidak cocok untuk pemukiman, karena khawatir longsor lagi," bebernya.

Menurut Nasrullah, lokasi di lereng Bukit Camang sudah tidak layak menjadi lokasi pemukiman. Karena dikhawatirkan jika hujan turun lebat, bukan mustahil, bencana longsor akan kembali terjadi.

"Kita sudah cek  dari lokasi atas bukit, memang  jika hujan deras, air  tidak lagi  tertahan di bukit, karena bukitnya sebagian sudah digerus. Sangat bahaya, karena kerukkannya itu bisa longsor,  langsung ke rumah warga. Meskipun sudah ada embung, karena kalau hujan deras, embung itu tidak mungkin bisa menampung air," bebernya.

Pasca mendapat bantuan uang dari Wali Kota Bandar Lampung Herman HN, untuk enam korban yang rumahnya  rusak berat Rp 50 juta dan yang rusak ringan Rp 25 juta, sejumlah korban mengaku siap direlokasi ke tempat lain.

Namun mereka mengginginkan  ganti rugi yang pantas dan layak,  bagi mereka mencari tempat tinggal di lokasi baru. "Kami warga  siap pindah, tapi kami berharap ada kompensasi yang jelas, dan pantas. Kalau kami tetap disini, kami  juga khawatir longsor lagi. Karena penggerukkan bukit itu masih berlanjut," ujar Edy. (romi)

No comments:

Post a Comment